Friday, 9 March 2012

Pubo tidak gay

Disaat gue lagi galau-galaunya karena belum punya pacar, temen gue mengalami masalah lain. Nama temen gue yang selama 3 jam ngebahas hal yang sama ini adalah Pubo. Pubo ini cowok cungkring yang baru mulai jantan setelah kuliah. Pubo ini berwajah ganteng, tapi belum juga punya pacar. Belum laku seperti gue. Entah kenapa kegantengannya tanpa pacar itu menyebabkan para homo-homo tertarik padanya. Seharian ini dia galau ceritanya. Bukan karena belum punya pacar, tapi gara-gara dia curiga kalau temen deketnya itu seorang homo dan suka sama dia.


Awal-awal Pubo curhat sama gue, keseluruhan cerita disampaikan dengan berbelit-belit. Pubo takut kalau dia menceritakan semuanya dengan cepat, pendengar akan mengira kalau dia juga homo. Walau dia memang sedikit mirip sama homo. Pubo mengambil berbagai macam perumpamaan yang gak jelas, sampai akhirnya dia pasrah dan mengatakan yang sebenarnya. Dengan mata yang hitam karena mascara gue udah belepotan kemana-mana, gue berusaha mendengarkan dia dengan serius. Sedangkan teman gue yang lain sudah tertidur hingga yang terdengar hanya dengkurannya yang tak berhenti.

Pubo bilang temen deketnya ini pernah bilang sayang ke dia. Weh, cowok umumnya gak akan bilang sayang ketemen cowoknya sendiri. Sedekat apapun. Itu nakutin, kata Pubo. Kemudian Pubo juga bilang kalau ternyata cowok itu pernah ngelus-ngelus kepala dan punggungnya. Pertanyaan gue, kenapa si Pubo bego ini mau dielus-elus sama cowok. Jangan-jangan Pubo juga menikmati elusan itu. Pubo bilang, ‘gue nggak gay, rika. Gue nggak gay!!’. Gue akui Pubo memang nggak gay. Dia beneran nggak gay. Bisa dibuktikan dengan ketidak warasan dia dalam mencintai gebetannya. Maksud gue, Pubo ini lebay orangnya. Suka sok-sokan misterius tentang gebetannya, padahal dia udah panas dingin, guling-guling nggak jelas gara-gara itu cewek.

Pertanda lain yang Pubo tunjukkan adalah beberapa hari yang lalu Pubo secara tidak sengaja melihat history google chrome temen deketnya itu. Pubo menemukan beberapa history tentang homo. Dan juga simpanan beberapa foto-foto cowok telanjang. Cowok kok menyimpan foto-foto cowok telanjang. Keadaan mulai menegangkan. Pubo semakin takut, wajahnya semakin mengerikan jadi tidak ganteng lagi. Dia bahkan sempat bertanya, ‘Rika, gue bisa jadi homo nggak yah?’

Gue menjawab ‘Bisa aja kalau lo mau.’

Pubo tampak pucat. ‘Gak Rika, gue nggak mau.’

‘kalau gak mau yasudah, gitu aja kok susah. Kan dia yang homo, kenapa lo yang repot sih? Udah byarin aja, emang maunya dia begitu kali.’

Pubo mengangguk mantap kemudian menatap gue dengan tajam. Gue pun menatapnya dengan tajam kembali. Kemudian gue tertawa dan merasa seperti sedang beradu siapa yang paling sadis tatapannya.

Pubo menggertak, ‘Rika! Gue serius!’

Pubo tidak mau menyakiti perasaan teman yang dicurigai homo itu. Dia bertanya apa yang harus ia lakukan. Pubo menjambak rambutnya sendiri seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Kasihan sekali Pubo. Dia panik, seperti pria yang sedang ditodong dipinggir jalan. Sekaligus takut akan keberadaan temannya. Dia memulai parnonya sepanjang malam, hingga mengirim blackberry-messenger ke gue :



Kecurigaannya belum selesai hingga saat ini. Saran gue untuk kalian yang dijadikan masalah oleh orang-orang parno seperti Pubo silahkan bunuh orang tersebut saat itu juga. Maka hidup kalian akan tentram untuk selanjutnya.

No comments:

Post a Comment